Jumat, Februari 08, 2008

Adik Kecil, Ayo Mengompollah!

Oleh: Susana K. Yuliati (Bobo No. 49/XXIX)
Hari Minggu, Pin libur. Murid kelas V itu jadi malas keluar rumah dan terus membaca sambil tiduran. Ketika sedang asyik membaca, tangis adiknya mengusiknya.
“Pin, adikmu menangis! Mama tanggung nih sedang masak, tolong berikan dot itu!” seru mamanya dari dapur.

Pin jengkel, dengan raut cemberut ia menuju kamar adiknya. Dilihatnya, Gandang yang masih berusia 5 bulan itu sedang menangis, sementara selimutnya berserakan. Namun Pin tetap saja santai. Ia sudah terbiasa melihat kebiasaan adiknya itu setiap bangun tidur dan minta dot susu. Begitu dot susu dimasukkan dalam mulut mungilnya, tangis seketika berhenti. Gandang minum dengan lahapnya.

Tak lama kemudian….cur!
“Nah, betulkan apa yang aku duga? Ngompol lagi. Ngompol lagi!” seru Pin jengkel,
“Ma, Adik ngompol!”
“Mama masih tanggung! Coba ganti celananya, dong!” jawab Mama.
“Nggak bisa!” jawab Pin cepat.
“Ya, dicoba dulu dong!” ujar Mama.
“Uuuh, nggak mau! Ompol Adik kan bau pesing” tolak Pin.
Ketika Pin berkata keras-keras itu, adiknya menghentikan minum sebentar. Begitu keadaan tak berisik, adiknya melanjutkan minumnya. Air botol itu kini tinggal separoh, Gandang sudah memperlambat minumnya, kini sesekali nampak ia tersenyum. Seakan-akan ia memamerkan giginya yang baru tumbuh. Lucu benar, senyum itu! Namun Pin tak tertarik pada senyum itu. Ia enggan menanggapi canda adiknya.

“Dik, kamu itu bagaimana sih? Kapan kenyangnya, kalau atas diisi, yang bawah ngompol!” gerutu Pin lagi. Mungkin karena alas tidur adiknya sudah telanjur basah, tubuh mungil itupun kembali bergerak ke sana kemari.
“Ayo! Ayo, nangis dong! Nangis! Bukankah kemarin sehabis ngompol terus menangis?” gerutu Pin jengkel.

Belum selesai Pin menggeturu, Gandang pun menangis keras-keras.

“Uuuuh, kebiasaan!” umpatnya jengkel.
Mamanya yang sudah selesai masak buru-buru ke kamar. Celana dan alas tidur Adik buru-buru digantinya. Seketika itu pula, tangis pun berhenti. Pin kembali ke kamarnya. Belum lama suasana diam, Bu Broto, tetangganya yang mempunyai anak seusia Gandang datang menemui mamanya.

“Waduh, Bu, tidak seperti biasanya, sejak tadi anak saya belum juga ngompol” keluh Bu Broto cemas.

Dari balik kamar, Pin justru menggerutu dalam hati. Uuh, Bu Broto ini bagaimana, bayi nggak ngompol kok malah susah? Seharusnya, dia senang karena nggak direpotkan dengan bau pesing itu!

“Saya takut, jangan-jangan anak saya sakit, Bu” suaranya datar.
“Kalau begitu, sebaiknya dibawa saja ke dokter,” mama Pin mendukungnya.
Pin yang mendengarnya jadi kaget dan bertanya-tanya. Ia segera menemui mamanya.

"Ma! Apakah adik bayi kalau tak bisa ngompol berarti sakit?” tanya Pin cemas.

"Ya, jelas! Mengompol dan menangis itu kebiasaan bayi dan itu pertanda bahwa bayi itu sehat” jelas mamanya.

Pin diam. Mamanya tersenyum. Ketika Pin diminta menunggui Gandang yang mulai tidur kembali, ia tak menggerutu lagi. Dikecupnya adiknya itu dengan gemas. Mungkin karena terlalu keras mengecup, Gandang terbangun. Adiknya pun menangis lagi. Pin segera memberikan dot susu, adiknya pun meminumnya dengan lahap.
“Adik! Adik kecil, ayo mengompollah! Bukankah mengompol itu kebiasaanmu? Dengan mengompol berarti adik sehat!” batinnya girang.
Tak lama kemudian…..cur!
“Ma! Ma! Adik mengompol! Adik sehat, Ma, lihatlah mengompolnya banyak, Ma!” seru Pin girang.

Pin kini tak lagi mengeluh atau menggerutu bila diminta menunggui adiknya. *****

0 komentar: