Tadi pagi pas mama buru-buru nutup pagar, (takut telat masuk kantor, red) eh tau-tau si Uti udah di belakang mama sambil gendong Danis.
“Dah… da-dah….Hati-hati ya ma… Papa….”.
Tangan kiri Uti melambai-lambaikan lengannya Danis. Danis sih melongo n gak lama kemudian bibirnya manyun dan huaaa…. (nagis mode on).
Ini kali pertama Danis nangis pas ditinggal mama dan Papa pergi. Kaget, heran, takjub, senang sekaligus sedih melihatnya. Senang karena memori Danis sudah semakin baik dan bertambah kepintarannya. Sedihnya karena lihat anak kesayangan nangis. Pengen rasanya turun dari kendaraan dan balik lagi ke rumah untuk kemudian menghabiskan waktu bersama Danis.
Ini mungkin secuil kisah klasik para ‘working mom’ seperti mama ini. Ah andaikan bisa bekerja tanpa harus meninggalkan rumah, tanpa harus meninggalkan ‘amanah Allah tercinta ini’. Namun mungkin hidup adalah sebuah pilihan. Mama memilih untuk bekerja di luar rumah karena untuk sekarang ini masih belum mampu untuk menghasilkan uang di rumah atau mempunyai usaha sendiri seperti cita-cita mama. Mungkin suatu saat nanti, Insya Allah.
Danis my dear….
Sabar ya sayang. Bukannya mama tidak sayang sama Danis. Mama bekerja karena ingin membantu Papa agar kita dapat hidup lebih enak lagi. Agar kelak kami (Mama n papa) dapat mengantarkanmu menggapai cita-citamu. Insya Allah hingga nanti, suatu saat Allah akan memberikan jalan yang terbaik untuk Kita semua.
I love you my son,
We love you,
and always will …
We love you,
and always will …
(Ki-ka: Papa, Danis, Kak Ferrys, Bibik)
0 komentar:
Posting Komentar